Lagi.
Seketika mega menggumpal menjadi gulungan hitam.
Bersiap cepat menyita hangat.
Dingin menggeliat, redup merayap.
Pasukan tetes air mata dewa menyapa.
Membasahi dedaunan dengan kerinduan.
Hujan.
Aku berterima kasih.
Berterima kasih karna telah memberiku kesempatan untuk terdiam dalam lamunan.
Menatap tetesan air hujan dari jendela.
Memaksa masuk namun terhalang kaca.
Berkumpul. Bersatu menjadi aliran air menyusuri jendela seolah tak ada lagi harapan untuk masuk.
Dan rela meluruh jatuh ketanah.
Namun nyatanya hujan hanyalah 1% air + 99% kesepian.
Yang tersisa hanya 100%
kenangan.
Namun, bahkan setelah hujan berhenti pun kesepian itu
tak kunjung luruh bersama aliran air hujan? Masih tetap menggantung
seperti tetesan embun di pucuk daun.
Monday, 5 November 2012
Hujan, Sepi, dan Kenangan
Posted By sisiliatantri.blogspot.com → Monday, November 05, 2012
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment