Pernah suatu
hari saya merasa sangat senang, tapi di lain hari saya merasa cemas, takut,
marah, dan merasa tidak aman, bahkan menjadi lesu dan tidak bersemangat. Saya
termasuk orang yang sulit mencurahkan perasaan melalui kata-kata. Saya lebih
memilih diam ketika perasaan/emosi saya mulai tidak bersahabat.
Beban tugas
dan masalah internal juga sering memicu ketidakstabilan emosi saya. Merasa
tidak mampu mengatasi beban tugas yang berat terkadang membuat emosi saya
tiba-tiba memuncak. Bahkan ketika hal-hal yang saya fikirkan tidak berjalan
sesuai seperti yang saya harapkan. Timbullah perasaan kacau dalam diri saya
yang kadang memicu pemikiran dan tindakan negatif yang akhirnya merusak emosi
saya.
Mungkin semua
hal tersebut mengindikasikan bahwa kecerdasan emosional saya masih belum
stabil. Hidup
memang bisa membuat emosi berubah-ubah. Jika kecerdasan emosional tidak
stabil, maka perlu perbaikan kualitas diri, khususnya, yang terkait dengan
kecerdasan emosional. Mungkin saja kecerdasan emosional saya perlu diberikan
kekuatan dan daya tahan yang lebih tangguh dibandingkan hari-hari sebelumnya.
Kalau saya
hanya mengikuti begitu saja ketidakstabilan emosional saya, maka emosi negatif
akan menjadi benih yang menyakitkan hidup saya, dan hidup saya akan
berada dalam ketidak bahagiaan. Artinya, saya harus berbuat sesuatu untuk
menghentikan ketidakstabilan emosional saya. Untuk mengatasinya , saya memiliki
beberapa tips dan kebiasaan :
1. Biarkan Keluar
Mengeluarkan emosi
terkadang harus dilakukan karena menyimpan perasaan sedih atau marah dapat
menguras energi dan mengganggu pikiran saya. Memendam emosi yang tidak baik
dapat merusak diri sendiri dan hubungan orang lain.
Saya termasuk orang
yang sulit mencurahkan perasaan melalui kata-kata, maka saya mencoba
menuangkannya dengan menulis di buku harian. Saya pun akan merasa lega karena
hati saya sudah tidak disesaki lagi dengan emosi yang terasa mengganjal.
2. Berhitung Hingga Sepuluh
Kekuatan emosi
sangatlah besar dan dapat muncul kapan saja dan dimana saja. Di sekolah, pusat
perbelanjaan, dirumah, bahkan ketika bersama teman atau ketika makan malam
bersama kekasih.
Ketika saya sedang dalam situasi yang penuh emosi,
saya mencoba berhitung hingga sepuluh sebelum mengatakan sesuatu. Hal itu
memungkinkan saya untuk lebih tenang, mengatasi situasi dan berpikir tentang
efek positif dan negatif yang akan terjadi jika saya bereaksi atau berkomentar
lebih lanjut.
3. Bagi Tugas Dalam Porsi Kecil
Terkadang emosi datang
karena beban atau tugas yang saya kerjakan terlalu berat. Ketika hal tersebut
menjadi pemicunya, saya mencoba membagi pekerjaan itu dalam porsi kecil. Saya
berusaha menghilangkan pikiran bahwa saya mempunyai setumpuk pekerjaan yang
tidak mungkin diselesaikan.
Meminta pertolongan
rekan kerja juga tidak ada salahnya. Bukan karena ingin dianggap mandiri dan
pekerja keras, saya malah banting tulang sendirian. Jika memang kemampuan saya terbatas,
berbagi kelemahan adalah cara efektif mencegah depresi.
4. Bicara Pada Diri Sendiri
Emosi tidak bisa
ditebak, satu menit saya merasa baik-baik saja, setelahnya saya bisa merasa
lesu dan tidak bersemangat. Beberapa hal mungkin tidak berjalan seperti apa
yang diharapkan dan membuat dunia saya menjadi 'gelap'. Sebelum masuk terlalu
jauh dalam kegelapan itu, saya mencoba bicara pada diri sendiri. Saya
menanyakan apa yang dapat dipelajari dari situasi tersebut dan bagaimana saya
dapat membuat hal itu menjadi tantangan untuk lebih maju.
5. Penuhi Kebutuhan Dasar
Pernah saya merasa
terkadang emosi tidak adil. Mereka tiba-tiba datang begitu saja ketika saya
sedang sibuk atau sedang memegang sebuah tanggung jawab. Tapi itulah emosi,
tidak bisa disangka-sangka datangnya.
Untuk itu, saya
memastikan untuk memenuhi kebutuhan dasar terlebih dahulu, seperti mengonsumsi
makanan bergizi, minum air putih yang banyak, tidur dan istirahat yang cukup serta
tidak lupa berolahraga.
Jika saya sudah
memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar itu, saya pun bisa merasa lebih tenang dan
tidak mudah terbawa emosi karena tubuh merupakan satu kesatuan antara fisik dan
mental. Jika kebutuhan fisik terpenuhi, emosi pun bisa diatasi.
6. Pahami Emosi Dan Tingkatkan Kualitas
Diri Dengan Sikap Baik.
Saya harus mampu membangun
pertahanan diri yang kokoh dari ancaman ketidakstabilan emosional. Untuk itu,
saya memastikan tidak bereaksi terlalu agresif atas perasaan-perasaan negatif,
tapi mampu mengatasi semua perasaan negatif dengan sikap baik; saya juga
memastikan mampu untuk tidak mendengarkan suara hati yang didasarkan oleh ketidakstabilan
emosional, memfokuskan energi diri saya untuk memproduksi perasaan – perasaan
positif, selalu berinisiatif dalam mengatasi gejolak emosi yang tidak stabil,
tetap tenang di bawah tekanan lingkungan kerja yang tidak bersahabat dengan
saya, dan saya secara pribadi mau berjuang keras untuk berubah menjadi lebih
baik di dalam lingkungan kerja yang sulit berubah.
Membiarkan
ketidakstabilan emosional di dalam diri adalah sikap yang akan merugikan
kehidupan. Oleh karena itu, saya wajib memiliki tekad yang kuat untuk mencerdaskan
emosional diri, agar saya mampu mengelola potensi diri saya untuk kehidupan
yang hebat.
0 komentar:
Post a Comment