Tuesday, 18 November 2014

"Rindu hanyalah Rindu"

Ada semacam rindu yang ditahan.
Terlalu malu untuk diungkapkan.
Ah. Bukan.
Tepatnya terlalu gengsi untuk mengakui. Dan terlalu takut diabaikan.
Tak se-ego ini harusnya perasaan.
Mungkin tak semua tentang kamu adalah perasaan.
Sebagian mungkin hanyalah kekaguman.
Ketika kamu membuatku tertawa sendirian bahkan ditengah kerumunan orang tak kukenal.
Iya..kemudian lebih indah jika saja dapat kutatap lekukan wajahmu juga tertawa. Seandainya.
Namun bagimu "Perasaan hanyalah perasaan".
Kamu miliki hidupmu sendiri.
Dan segalanya begitu asing bagiku.
Membuatku terlalu banyak tanda tanya.
Aku tak pandai menilai orang. Tak juga pandai membaca perasaan.
Bagiku merindukanmu pun juga akhirnya semakin menakutkan.
Adakah juga nanti kau bilang "Rindu hanyalah Rindu" ?
Sebercanda itu?
Mungkin ada yang salah dengan merindukanmu.
Kenapa kita sediam ini? Kenapa sekeras ini berusaha memenangkan ego sendiri?
Karna rindu tak seharusnya sunyi.
Tak juga sedingin ini.

Saturday, 28 June 2014

Airmata

Hampir jam 3 pagi. Dan kedua mataku masih belum juga ingin terpejam. Bayangan awan-awan hitam menggumpal kemudian berubah menjadi tetesan. Air mata.
Aku benar-benar masih bergetar menahan tangis melihatnya bersama yang lain. Baru kemarin aku memutuskan untuk tidak lagi ingin tau tentang dia dan kekasih barunya. Namun ternyata hati dan otakku menjadi tak sinkron jika berpikir tentangnya lagi.
Tuhan..apa dia lebih bahagia? Jika iya. tolong lepaskan perasaanku agar bisa mengikhlaskan kebahagiaannya secepatnya.
Ini soal hatiku yang terluka. Jangan biarkan terlalu dalam hingga mati pada akhirnya.
Tuhan..bukankah aku juga punya hak memiliki kebahagiaan yang sama?

Friday, 27 June 2014

Sesal

Ketika seharusnya masalalu ada sebagai sebuah pelajaran
rasa sesal kadang juga ada dan terus mengekor sepanjang perjalanan.

Saat sebuah pilihan yang kadang menyamar menjadi hal yang selalu benar. Walau sebenarnya bukan.
Saat seharusnya hal yang tak perlu kamu pertahankan tetapi kamu perjuangkan mati-matian
Dan saat seharusnya ada suatu hal yang begitu penting untuk kamu pertahankan tetapi malah kamu hancurkan.

Iya. Aku pernah begitu mempertahankan sesuatu hal yang seharusnya tak perlu aku pertahankan.
Dan satu bagian yang membuatku menyesalinya adalah ketika itu pula aku lupa mempertahankan apa yang seharusnya aku pertahankan. Lupa menjaga apa yang seharusnya aku jaga.
Ini membuatku merasa menyedihkan.
Aku terbawa arus dan tenggelam dalam sebuah kesalahan yang kuanggap benar.
Berubah menjadi seseorang yang nyata tak pernah aku kenal.
Aku menjadikan hal yang seharusnya berjalan semestinya menjadi hal yang mungkin menghancurkan.
Aku menyesalinya. Dan lebih menyesal karna baru sekarang menyadarinya...

Tapi sudahlah.
Kamu tau. Tak ada yang bisa dirubah dari sebuah penyesalan
Yang ada, kamu hanya harus terus berjalan kedepan. Memperbaiki diri dan berusaha menjadi lebih baik dari yang seharusnya.

Karna penyesalan mungkin akan terus ada. Tapi juga tak seharusnya membuat langkah tak lagi berjalan dengan semestinya.

Bukankah lebih baik jika pendosa menyesal dan mengakui dosanya. Hingga dengan segenap hatinya pula berusaha menjadi lebih baik tanpa mengulang dosa yang sama.

Itulah kenapa sebuah kegagalan dan penyesalan diciptakan. Agar kamu mengerti apa yang berjalan kurang benar dan memperbaikinya dimasa yang akan datang.
 
 

Wednesday, 25 June 2014

Jadikanlah Aku Pembawa Damai

Bila terjadi kebencian, jadikanlah aku pembawa cintakasih.
Bila terjadi penghinaan, jadikanlah aku pembawa pengampunan.
Bila terjadi perselisihan, jadikanlah aku pembawa kerukunan.
Bila terjadi kebimbangan, jadikanlah aku pembawa kepastian.
Bila terjadi kesesatan, jadikanlah aku pembawa kebenaran.
Bila terjadi kecemasan, jadikanlah aku pembawa harapan.
Bila terjadi kesedihan, jadikanlah aku sumber kegembiraan.
Bila terjadi kegelapan, jadikanlah aku pembawa terang.

Tuhan, semoga aku lebih ingin menghibur daripada dihibur,
memahami daripada dipahami,
mencintai daripada di cintai.

Sebab dengan memberi aku menerima,
dengan mengampuni aku diampuni,
dengan mati suci aku bangkit lagi,
untuk hidup selama-lamanya.

Puji Syukur No.221

Monday, 16 June 2014

it just about missing you

read for a minute...
i want to be told the truth even if the shit make me mad
you never know, sometimes I have to act like I don't care, even when I do.
I miss you, but I'm trying my best to stop caring. Because too much I caring is too much  I get hurt

once I wish I had a second chance to meet you again for the first time.
we fight..we kiss..we hug..we text..we talk..we laugh..we smile..we love. That's just us. And I miss it.
we are in a relationship to grow closer together, not to hide things and ruin trust.
actually..you're my favourite bad habit.
I just want to see you..hug you..hold you..touch you..kiss you..love you. Always be there with you and I don't want to let go.
it is harder to fall asleep at night when I  miss you.
I don't want anyone else to have your heart, kiss your lips, be in your arms, or be the one you love.
I don't want anyone to take my place.

you must to know that I can never ''just be friend" with someone I fall in love with.
moving on doesn't mean that I forget about things. it just mean I have to accept what happened and continue living.
you never have feeling when you want to text someone but you know you shouldn't . It hurts.
It hurts when person you can't forget, forgets you.
I miss you, but you seem just fine without me

I wish you could hear all the words I'm afraid to say
we are not in a relationship anymore and I'm just stranger to you...
But ... I'm afraid you will find someone prettier, smarter, cooler, taller, skinnier, nicer, calmer, clearer, stronger, better than me.
I'M AFRAID .

Tuesday, 29 April 2014

untuk kamu



Hai kamu. Bagaimana hidupmu?
Masihkah bahagia sepanjang hari seperti waktu dulu?
Jika kamu ingin tau bagaimana aku, tenang saja.. Hatiku masih utuh walau kamu sudah berkali-kali melemparnya kedasar jurang.
Mungkin akan terluka, tapi jika sembuh akan lebih kuat dari sebelumnya. Aku akan terbiasa.
Meski aku selalu berharap kamu bahagia. Kadang otakku berjalan juga tak semestinya.
Aku bukan wanita berhati malaikat. Pikiranku bekerja layaknya seorang manusia.
Ketika kamu memberiku sakit yang tak terkira, aku juga berharap kamu akan merasakan sakit yang sama pada akhirnya.

Kali ini kubiarkan kamu pergi
Bukan berarti aku tak menginginkan kamu lagi. Bukan juga karna aku yakin menemukan pengganti.
Aku hanya lelah untuk berkata “kamu jangan pergi”. Terlalu sia-sia aku berkata “aku merindukanmu” berulang kali tanpa kamu peduli
Aku terlalu sia-sia mengira kamu segalanya. Dan kamu bahkan tak tau harus menganggap aku sebagai apa.
Aku mencoba mengerti apa yang kamu inginkan. Tapi juga masih tak membuatku berarti.

Jika saja telinga mampu mendengar hati. Mungkin aku takkan pernah bertanya apakah setiap ucapan dari bibirmu juga selaras dengan yang aku dengar.
Aku hanya selalu mengambil kesimpulan bahwa kamu berbohong padaku, dan aku berusaha percaya.
Entah sudah berapa kali dimasalalu. Sudah berapa banyak airmata yang bahkan kamu pun tak tau itu karnamu.
Hatiku yang semakin dingin ini masih berharap tentang kamu. Tapi tak yakin ingin kamu kembali.
Rasa ini hanya membuatku semakin lemah. Membuatku terus jatuh, karna menginginkan kamu disisiku.
Aku merindukanmu, tapi berpura-pura aku tak butuh kamu.
Aku menunggu kabarmu, tapi terus berpura-pura aku melupakanmu.
Aku bahkan selalu memimpikanmu, tapi berpura-pura tak sekalipun memikirkanmu.
Aku bahkan tak mengerti apa yang aku lakukan.
Seperti orang mati. Aku hanya berusaha berdiri disini dengan sisa kekuatanku. Menunggu rencana-Nya yang pernah terbelokkan karna bertemu denganmu.

Monday, 21 April 2014

Jawab Aku (Aku Rindu)

Mengingatmu terasa menyakitkan saat ini
Bagaimana tidak? Ketika kamu berjalan difikiranku, seketika hatiku merindukanmu
Rasanya menggebu. Menyakitkan.
Sejenak sepi bergelayut dalam raga
Menunggu kabarmu bagai menanti hujan dikemarau panjang
Tak mungkin datang namun selalu diharapkan.
Kamu yang mungkin akan pergi
Apakah ini cara yang sopan untukmu berpamitan?
Bagaimana bisa kamu diam ketika aku mulai takut kehilangan?
Kamu biarkan aku sendiri. Membiarkan otakku berputar keterlaluan.
Aku muak memikirkannya.
Aku benci bertanya-tanya apa kamu merindukanku

Sayang..katakanlah ini bukan akhir.
Aku masih bisa menggenggam tanganmu bukan?
Aku masih bisa memelukmu bukan?
Aku masih bisa menatap matamu bukan?
Jawab aku. Berteriaklah agar aku dengar.

Kamu yang jadi kebiasaanku
Kamu yang jadi tempat bergantungnya kebahagiaanku
Yang mungkin tak akan ada lagi disini
Jawab aku. Bolehkah hatiku tetap disitu? Dihatimu.

Saturday, 12 April 2014

Dia akan Hilang

Aku mencoba untuk tidak menggantungkan kebahagiaanku pada seseorang yang mungkin menghilang
Sebisanya aku mencoba berdiri sendiri walau itu sepi
Karna perasaan ini aku membuat hidupku seperti akan mati jika tak bersamanya. Benar-benar mati jika tak melihatnya.
Tapi mungkin aku yang salah dengan semua ini.
Aku tak pernah bisa mempercayai siapapun. Termasuk juga diriku sendiri
Sekeras apapun aku mencoba. Walau dengan menatap matanya, aku tak pernah bisa percaya padanya.
Aku hanya memaksa diriku sendiri untuk percaya hal yang sebenarnya tak kupercayai. Menyakitkan. Karna tak lebih dari kekecewaan yang aku dapatkan.

Dia yang memang selalu tak pernah ada ketika aku membutuhkan seseorang untuk kuajak bicara.
Harusnya aku melepaskannya. Bukannya selalu menututnya.
Aku hanya merasa dia tak akan pernah lega jika disampingku hingga ku biarkan dia dengan dunianya.
Mungkin aku terlalu peduli dengannya hingga tak peduli dengan perasaanku sendiri.
Aku tak peduli jika harus menangis sepanjang hari hanya karna merindukannya.
Aku percaya segalanya akan menjadi lebih baik.
Jika memang akhirnya tak baik untukku, setidaknya itu akan baik baginya.
Aku hanya belajar hidup tanpa menggantungkan kebahagiaan padanya.
Agar ketika waktunya nanti dia pergi aku tak benar-benar mati.

Sunday, 19 January 2014

Aku tak Benar-Benar ingin Lupa

Ketika senja bisa begitu gagahnya menenggelamkan matahari dan pagi membawanya kembali, aku masih saja tak ingin melihatnya atau bahkan sekedar mengingatnya.
Aku bahkan tak ingin membuka mataku dan membiarkan setiap kenangan itu masuk dalam fikiranku dan kemudian menyesaki dadaku. Kuharap cahaya mampu menembus kelopak mataku walau aku terpejam. Entahlah, aku selalu takut menghadapi setiap kenyataan. Aku selalu takut memulai hari. Aku takut memikirkannya ketika aku bangun pagi hari. Selalu takut merindukannya lagi.
Mungkin memang menghindar dari kenyataan tak akan mampu membuat segalanya berjalan lebih baik. Tapi apa yang bisa aku lakukan ketika sakit ini hanya bisa kutahan sendiri?
Jika memang sakit itu ada hanya untuk ditahan, aku akan menahannya sampai nanti. Aku hanya tak ingin dia tau kalau ini berdarah. Tak ingin dia tau kalau aku merindukannya. Ada saatnya aku benar-benar tak ingin memikirkan siapa pun atau apa pun.
Dalam diam rindu ini menganga seperti luka, dalam diam pula aku merancang otakku untuk melupakannya. Aku berusaha tak menangis walau kadang ini terasa begitu sakit. Harusnya ini sudah berlalu sejak dulu, entah beberapa bulan yang lalu. Andaikan malam yang sepi dapat berbicara mungkin aku takkan kesepian. Aku tak perlu menunggunya lagi...karna dia tak akan kembali.
Kenyataannya dia masih datang kadang. Dan aku pun masih mencari alasan untuk bisa melihatnya setiap kali dia tak ada kabar.
Aku berusaha tak mengingatnya. Tapi tak benar-benar ingin melupakannya. Aku bahkan tak yakin aku bisa melupakannya walau luka ini benar-benar sembuh. Dia mungkin adalah kenyataan (kenangan) yang akan terus kuingat selama aku bernafas, bahkan sampai aku tua bersama orang yang tepat.
Aku masih (ingin) mengingatnya. Dengan perasaan yang masih (hampir) sama. Aku tak benar-benar ingin melupakannya walau aku berkata sangat ingin lupa. Dia, yang mampu membuatku tersenyum ketika mengingatnya juga membuatku menangis ketika harus merindukannya dalam diam. Aku tak berharap dia kembali, aku hanya berharap angin membawa perasaanku pergi sejauh mungkin hingga aku tak merasakan sakit ketika kenangan itu harus muncul lagi.





Lawang, 19012014