Saturday, 16 January 2016

Dia di Ujung Malam




Biar saja kali ini aku menikmati ujung malam yang sendu.
Bersanding kopi hitam yang tak pernah ditakdirkan jadi madu.
Aku terlalu lelah berfikir. Juga terlalu sakit untuk merasa.
Aku hanya ingin menatap rindu pada rangkaian hujan yang jatuh.
Menikmati hembusan dingin menyapa tubuh.
Menatap nanar pada apa saja yang tak dapat kusentuh.

Aku baru sadar jika hidup memang kadang harus sehening ini...

Senyum memenuhi sudut bibir, melengkung pahit berharap keikhlasan.
Seperti ada sekelebat menyusuri ingatan. Bernama kenangan.
Tentang dia, lelaki asing aneh yang kukenal sudah hampir dua tahun lalu.
Yang entah bagaimana, cerita itu ada dan memiliki jalannya.
Hanya aku yang tau, segugup apa aku menunggu setiap sapanya. Dulu.
Meski sebatas pesan singkat, jantungku seperti runtuh.
Dia tak tau segirang apa aku membacanya.
Membalas pesannya yang ku ulur sedikit lama.
Suaranya yang terdengar aneh ditelinga. Padanya aku jatuh cinta.
Dia jadi canduku. Sejak saat itu.
Dia yang kadang ada. Kadang hilang entah kemana.
Dia yang tak kukenal dengan begitu baik. Namun kusukai bag bocah cilik.
Aku rindu dia yang dulu bukan siapaku.
Rindu dengan dia yang tak mengenalku namun kadang datang meletupkan hatiku.
Aku merindukan diriku sendiri yang gila pada candanya.

Aku.
Yang menjatuhkan hati pada lelaki yang berjarak ratus kilometer disana.
Meyakini dia ada diseberang sana saja bagiku cukup rasanya.
Sebab saat itu berfikir untuk memilikinya pun aku tak yakin bisa.
Dia yang dulu kadang kadang ada. Menyulutkan rindu rindu yang entah bagaimana.
Sebagai orang asing.

Sampai pada Tuhan yang merubah keadaan.
Merubah jarak dan rindu menjadi temu. Merubah beberapa pergi jadi kembali.
Juga merubah nyaman yang menjadikan takut kehilangan.
Tapi tak pernah merubah beda menjadi sama.
Sepertinya Tuhan sengaja, menciptakan bahagia yang sementara.
Mengajari kami tentang beberapa luka yang memang harus menganga.
Lalu mengembalikan kami sebagai dua orang asing, yang pergi dengan luka yang sama.
Entah, dengan rasa yang masih sama atau sebaliknya.



teruntuk dia, yang sedang terlena diselimut hangatnya.
semoga selalu bahagia
dariku, yang selalu diam diam menahan rindu.

0 komentar:

Post a Comment