Monday 22 October 2012

“EMOSI TIDAK STABIL”

Pernah suatu hari saya merasa sangat senang, tapi di lain hari saya merasa cemas, takut, marah, dan merasa tidak aman, bahkan menjadi lesu dan tidak bersemangat. Saya termasuk orang yang sulit mencurahkan perasaan melalui kata-kata. Saya lebih memilih diam ketika perasaan/emosi saya mulai tidak bersahabat.
Beban tugas dan masalah internal juga sering memicu ketidakstabilan emosi saya. Merasa tidak mampu mengatasi beban tugas yang berat terkadang membuat emosi saya tiba-tiba memuncak. Bahkan ketika hal-hal yang saya fikirkan tidak berjalan sesuai seperti yang saya harapkan. Timbullah perasaan kacau dalam diri saya yang kadang memicu pemikiran dan tindakan negatif yang akhirnya merusak emosi saya.
Mungkin semua hal tersebut mengindikasikan bahwa kecerdasan emosional saya masih belum stabil. Hidup memang bisa membuat emosi berubah-ubah. Jika kecerdasan emosional tidak stabil, maka perlu perbaikan kualitas diri, khususnya, yang terkait dengan kecerdasan emosional. Mungkin saja kecerdasan emosional saya perlu diberikan kekuatan dan daya tahan yang lebih tangguh dibandingkan hari-hari sebelumnya.
Kalau saya hanya mengikuti begitu saja ketidakstabilan emosional saya, maka emosi negatif  akan menjadi benih yang menyakitkan hidup saya, dan hidup saya akan berada dalam ketidak bahagiaan. Artinya, saya harus berbuat sesuatu untuk menghentikan ketidakstabilan emosional saya. Untuk mengatasinya , saya memiliki beberapa tips dan kebiasaan :

1. Biarkan Keluar
Mengeluarkan emosi terkadang harus dilakukan karena menyimpan perasaan sedih atau marah dapat menguras energi dan mengganggu pikiran saya. Memendam emosi yang tidak baik dapat merusak diri sendiri dan hubungan orang lain.
Saya termasuk orang yang sulit mencurahkan perasaan melalui kata-kata, maka saya mencoba menuangkannya dengan menulis di buku harian. Saya pun akan merasa lega karena hati saya sudah tidak disesaki lagi dengan emosi yang terasa mengganjal.


2. Berhitung Hingga Sepuluh
Kekuatan emosi sangatlah besar dan dapat muncul kapan saja dan dimana saja. Di sekolah, pusat perbelanjaan, dirumah, bahkan ketika bersama teman atau ketika makan malam bersama kekasih.
Ketika saya sedang dalam situasi yang penuh emosi, saya mencoba berhitung hingga sepuluh sebelum mengatakan sesuatu. Hal itu memungkinkan saya untuk lebih tenang, mengatasi situasi dan berpikir tentang efek positif dan negatif yang akan terjadi jika saya bereaksi atau berkomentar lebih lanjut.

3. Bagi Tugas Dalam Porsi Kecil
Terkadang emosi datang karena beban atau tugas yang saya kerjakan terlalu berat. Ketika hal tersebut menjadi pemicunya, saya mencoba membagi pekerjaan itu dalam porsi kecil. Saya berusaha menghilangkan pikiran bahwa saya mempunyai setumpuk pekerjaan yang tidak mungkin diselesaikan.
Meminta pertolongan rekan kerja juga tidak ada salahnya. Bukan karena ingin dianggap mandiri dan pekerja keras, saya malah banting tulang sendirian. Jika memang kemampuan saya terbatas, berbagi kelemahan adalah cara efektif mencegah depresi.

4. Bicara Pada Diri Sendiri
Emosi tidak bisa ditebak, satu menit saya merasa baik-baik saja, setelahnya saya bisa merasa lesu dan tidak bersemangat. Beberapa hal mungkin tidak berjalan seperti apa yang diharapkan dan membuat dunia saya menjadi 'gelap'. Sebelum masuk terlalu jauh dalam kegelapan itu, saya mencoba bicara pada diri sendiri. Saya menanyakan apa yang dapat dipelajari dari situasi tersebut dan bagaimana saya dapat membuat hal itu menjadi tantangan untuk lebih maju.

5. Penuhi Kebutuhan Dasar 
Pernah saya merasa terkadang emosi tidak adil. Mereka tiba-tiba datang begitu saja ketika saya sedang sibuk atau sedang memegang sebuah tanggung jawab. Tapi itulah emosi, tidak bisa disangka-sangka datangnya.
Untuk itu, saya memastikan untuk memenuhi kebutuhan dasar terlebih dahulu, seperti mengonsumsi makanan bergizi, minum air putih yang banyak, tidur dan istirahat yang cukup serta tidak lupa berolahraga.
Jika saya sudah memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar itu, saya pun bisa merasa lebih tenang dan tidak mudah terbawa emosi karena tubuh merupakan satu kesatuan antara fisik dan mental. Jika kebutuhan fisik terpenuhi, emosi pun bisa diatasi.

6. Pahami Emosi Dan Tingkatkan Kualitas Diri Dengan Sikap Baik.
Saya harus mampu membangun pertahanan diri yang kokoh dari ancaman ketidakstabilan emosional. Untuk itu, saya memastikan tidak bereaksi terlalu agresif atas perasaan-perasaan negatif, tapi mampu mengatasi semua perasaan negatif dengan sikap baik; saya juga memastikan mampu untuk tidak mendengarkan suara hati yang didasarkan oleh ketidakstabilan emosional, memfokuskan energi diri saya untuk memproduksi perasaan – perasaan positif, selalu berinisiatif dalam mengatasi gejolak emosi yang tidak stabil, tetap tenang di bawah tekanan lingkungan kerja yang tidak bersahabat dengan saya, dan saya secara pribadi mau berjuang keras untuk berubah menjadi lebih baik di dalam lingkungan kerja yang sulit berubah.

Membiarkan ketidakstabilan emosional di dalam diri adalah sikap yang akan merugikan kehidupan. Oleh karena itu, saya wajib memiliki tekad yang kuat untuk mencerdaskan emosional diri, agar saya mampu mengelola potensi diri saya untuk kehidupan yang hebat.

0 komentar:

Post a Comment